resize image
Resize image welcome to my blog and have fun

Kamis, 22 Desember 2011

just a memory


Diantara kita pasti ada yang pernah merasa ingin melupakan seseorang yang telah menyakiti kita. Namun sudah begitu lama ingin melupakan tetap tidak bisa. Disini aku akan mengangkat sebuah cerita tersebut untuk dibagikan kepada kalian semua, semoga berkenan untuk membacanya.. :)
_____________________________________________________________________________________



18 Mei 2010

Hujan belum mau juga untuk berhenti. Aku dan Windi masih bingung untuk mencari kendaraan dari stasiun menuju rumah saudara Windi. Sesekali aku memandangi lagi jam ditanganku, pikiranku langsung kacau. Sekarang pukul sebelas siang, tandanya sudah dua jam kami menunggu hujan reda namun nampaknya justru semakin deras. Aku dan Windi hanya bisa saling pandang, itu karena bila kami meminta dijemput oleh sepupu Windi akan sangat merepotkan, namun bagaimana lagi kami sudah sangat lelah setelah menempuh perjalanan dari kota kecil kami menuju Yogyakarta menggunakan kereta ekonomi yang penuh sesak, dan sudah sangat ingin untuk sampai dirumah saudara Windi didaerah timur jogja untuk beristirahat.
 "Win.. jadi kita naik apa nih??" tanyaku lagi dengan nada lesu.
"aduh.. ngga tau nih Gin.. sepupu aku belum bales - bales sms aku.." ujar Windi lesu.
Sebenarnya tujuan kami ke jogja hanya ingin untuk mengisi liburan kami, walau awalnya aku sedikit ragu untuk menuruti ide Windi untuk berlibur di kota ini. Karena bagiku kota ini mempunyai sedikit cerita pahit yang sampai sekarang masih sangat membekas diingatanku. Mengenai cita - citaku demi seseorang yang pernah membekas dihatiku.
"Gin gin gin!!!!" panggil Windi membuyarkan lamunanku. Aku hanya menoleh tanpa gairah.
"kenapa Win? heboh banget."
"Kamu ngga akan percaya apa yang aku liat." celotehnya masih sambil memandang kesuatu sudut stasiun.
"emang apaan??" tanyaku sambil mengikuti arah pandangan Windi. Dan benar saja seperti ucapan Windi, aku sangat tidak percaya dengan penglihatanku sendiri.
"Ditya???" cletukku tak percaya. Aku hanya terdiam melihat pemandangan didepan ku. Hal yang paling tak ingin lagi untuk aku lihat, namun terpaksa aku harus melihatnya kembali.
____________________

Anggara Ditya Nugraha. Nama yang pernah memberikan sebuah mimpi - mimpi kepadaku beberapa bulan yang lalu.Namun itu semua hancur dalam sekejap. Aku sendiripun tidak pernah tau apa yang terjadi. Yang aku ingat hanya saat itu adalah pertemuanku yang terakhir dengannya, dan dia sangat - sangat membenciku saat itu juga.
Terkadang seandainya Tuhan memberikanku jalan untuk bertemu kembali dengan Ditya, aku hanya ingin menanyakan apa yang sebenarnya terjadi? Namun mengapa selalu ada perasaan yang bercampur aduk ketika aku memikirkan hal itu.
Aku terus berusaha melupakannya dengan berbagai cara, namun sia - sia. Karena sesering aku ingin mencoba melupakaannya, sesering itu pula aku makin ingin bertemu dengannya.
Sekarang, dengan setengah keberanianku aku mendatangi kota dimana Ditya tinggal. Dengan jumlah kemungkinan satu berbanding seribu untuk bertemu dengannya.
Tuhan mungkin memang mendengar permintaanku, namun mengapa pertemuan pertama kami setelah perpisahan itu justru membuat nyaliku menciut? Bukankah ini yang aku tunggu untuk bertanya kepadanya?
Entahlah.. aku belum pernah bisa menemukan jawaban atas pertanyaan - pertanyyan ku itu.
_____________________

Masih dalam guyuran hujan, aku meyakinkan diriku lagi bahwa yang kulihat itu memang Ditya. Sesaat aku merasa aliran darahku seperti berhenti mengalir, tangan ku dingin, jantungku berdebar tak beraturan. Itu memang Ditya, laki - laki yang mungkin masih sedikit mengisi ruang dalam hatiku. Dia bersama wanita lain.
Lebih tepatnya dia sedang menjemput wanita lain, yang mungkin adalah kekasih barunya.
Mata kami saling bertemu, tatapan kami beradu, namun aku merasakan bukan Ditya yang pernah aku kenal. Dia membuang mukanya dan tersenyum kepada wanita yang dia jemput dengan ramahnya.
"Gin?? kamu baik - baik aja kan?" tanya Windi masih terus memerhatikan Ditya.
"iya aku baik kok Win.. Ternyata Tuhan itu memang ada." ucapku.
_____________________

Kini sudah berselang satu tahun lebih setelah kejadian di stasiun itu. Dan aku sekarang telah menetap dalam satu kota yang sama dengan Ditya. Bukan karena aku ingin bertemu dengannya lagi, karena setelah kejadian itu kami sudah tidak pernah bertemu lagi. Aku hanya ingin mematahkan perasaan itu dikota ini dan meyakini bahwa semakin dekat aku dengannya akan membuatku melupakannya.
Sudah satu setengah tahun pula aku telah menemukan laki - laki lain yang mau menerimaku apa adanya diriku, mengerti kekuranganku bukannya mencari kelebihanku. Dan laki - laki ini jugalah yang meyakinkanku bahwa semua yang telah berlalu pantaslah hanya sebagai cermin masa lalu, jangan pernah dijadikan cerminan sekarang dan kedepannya.
Aku pernah mengutarakan tentang keinginanku kepada laki - laki disampingku ini untuk sekali lagi bertemu dengan Ditya hanya untuk sekedar mengahapus rasa penasaranku. Dia hanya membelai rambutku halus dan mengecup keningku sembari berkata.. "Dia takkan mengenalimu lagi sayang.. karena kamu bukan lagi itik buruk rupa yang pernah dia sia - siakan." Aku hanya memandang sembari memelototkan mataku "Itik buruk rupa??"
"Karena kamu adalah kamu.. bukan dia, bukan juga wanita lain. Kamu apa adanya dirimu, seperti mawar ditepi tebing. Yang takkan mudah untuk dipetik." Dan laki - laki ku ini hanya tersenyum penuh arti. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar